Quo Vadis Pengadaan Bahan Pustaka ?


Oleh : Romi Febriyanto Saputro

Artikel ini telah dimuat di Harian Solo Pos, 3 Februari 2007


Pengadaan bahan pustaka merupakan ikon penting dalam penyelenggaraan perpustakaan. Pengadaan bahan pustaka menjadi cermin baik tidaknya suatu perpustakaan. Perpustakaan yang baik harus didukung oleh jumlah koleksi yang memadai baik dari segi keragaman judul maupun jumlah eksemplar.

Pengadaan bahan pustaka mesti berorientasi pada pengguna perpustakaan. Suara pengguna perpustakaan harus lebih didengarkan daripada ego pribadi pengelola perpustakaan. Sinergi antara pengguna dan pengelola perpustakaan akan menentukan sukses tidaknya suatu pengadaan bahan pustaka.

Related Posts:

Revolusi Layanan Perpustakaan Nasional RI Berbasis Teknologi Informasi*


                                                           Oleh : Romi Febriyanto Saputro

Tulisan ini telah dimuat di Majalah Visi Pustaka Vol. 10 No. 3 Tahun 2008 (Dinobatkan sebagai Juara I Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008 yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI)

A. Pendahuluan
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

Related Posts:

Bahasa Menunjukkan (Karakter) Bangsa ?


Oleh : Romi Febriyanto Saputro
Orang bijak mengatakan bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Artinya, identitas kebahasaan suatu bangsa sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Bahasa Indonesia bagi negeri tercinta ini bukanlah sekedar alat komunikasi tanpa jiwa. Bahasa Indonesia sesungguhnya adalah bahasa perjuangan yang mampu memantik jiwa nasionalisme untuk meneriakkan kata “Merdeka” pada tanggal 17 Agustus 1945.

Related Posts:

Akar Korupsi di Dunia Pendidikan

-->
Oleh : Romi Febriyanto Saputro*
Artikel ini telah dimuat di Harian Bhirawa Surabaya, 26 Maret 2012

Pada tanggal 5 Februari 2012, ICW mengungkapkan dari 10 sektor, bidang pendidikan paling tinggi kasus korupsinya, yakni 54 kasus dengan kerugian negara Rp115,7 miliar. Sektor keuangan daerah berada di posisi kedua dengan 51 kasus disusul sosial kemasyarakatan (www.detik.com).
Kurang lebih empat tahun yang lalu, peneliti dari Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW, Febri Hendri, mengatakan bahwa manajemen perencanaan dan pengelolaan keuangan sekolah masih berantakan. APBS belum transparan dan akuntabel. Selain itu, masih belum ada kebijakan yang kuat mengatur perencanaan dan pengelolaan sekolah. 

Related Posts:

Meluruskan Salah Kaprah Menilai Buku !


Oleh Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Majalah Buletin Pustakawan, Edisi Pertama Januari - Juni 2012
Buku pengayaan mata pelajaran Bahasa Indonesia membuat resah sejumlah guru sekolah dasar (SD) di Kebumen, Jawa Tengah. Sebab, bagian buku itu dinilai mengumbar kisah cinta dan trik berhubungan intim. Buku kontroversial itu, seperti dikutip Metronews.com (Jumat, 1 Juni 2012), berjudul Ada Duka di Wibeng, Tambelo Kembalinya Si Burung Camar dan Tidak Hilang Sebuah Nama. Di kalimat dalam salah satu buku itu dinilai tak mendidik karena menuliskan “berciuman” saat berpacaran itu “biasa.

Related Posts:

Rahasia Kesaktian Pustakawan Istana


-->
-->
Oleh  Romi Febriyanto Saputro*

            Dahulu kala ada suatu kerajaan yang bernama Tesaurus. Rakyat hidup makmur dan sentosa di bawah perintah Raja Papirus yang adil dan bijaksana.
            Namun suatu saat datanglah serangan tak terduga dari Kerajaan Kolopon yang ingin menguasai kekayaan alam Kerajaan Tesaurus. Terjadilah pertempuran yang sengit antara kedua belah pihak. Kerajaan Tesaurus yang tidak siap perang akhirnya kalah. Raja Papirus dan pengikutnya yang setia terpaksa meninggalkan istana, melarikan diri ke dalam hutan. Takhta kerajaan pun jatuh ke tangan Diurnarius, Raja Kolopon yang terkenal sombong, serakah, dan bengis.

Related Posts:

Susu Generik Untuk Rakyat!


-->

Oleh : Romi Febriyanto Saputro*
Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 19 Juni 2012

Tingkat Konsumsi susu masyarakat Indonesia terendah dari negara Asia lainnya. Dengan hanya mencapai 11,09 liter per kapita per tahun dimana Malaysia dan Filipina mencapai 22,1 liter, Thailand 33,7 iter, Vietnam 12,1 liter dan India sebesar 42,08 liter kapita/tahun. "Konsumsi kita memang terendah dari Asia lainnya, apalagi dibanding Eropa kita jauh," ujar Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan dalam Press Conference HSN di Jakarta (Republika, 28 Mei 2012)
            Padahal  negara-negara lain sudah diatas 20 liter per kapita per tahun. Secara hitung-hitungan, rakyat Indonesia hanya minum susu setetes sehari. Selama ini masyarakat Indonesia masih menganggap susu merupakan minuman mahal (luxury good). Terlihat bagaimana konsumsi susu dalam negeri masih sangat rendah. Konsumsi susu, baik susu segar, bubuk dan kental manis  secara total hanya 11 liter per kapita per tahun.

Related Posts:

Selamat Tinggal DP-3 !


-->
                                      Oleh Romi Febriyanto Saputro* 
                      Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 13 Juni 2012
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tujuannya untuk meningkatkan prestasi dan kinerja PNS. PP ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yakni 30 November 2011, dan akan mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2014.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar menyambut baik terbitnya aturan tersebut. Dengan adanya ketentuan tersebut, diharapkan berdampak pada pelayanan publik di setiap birokrasi pemerintahan, selain itu untuk mempermudah mengukur kinerja (www.bkn.go.id).

Related Posts:

Gempur Narkoba Dengan Minat Baca !


-->

Oleh : Romi Febriyanto Saputro*
-->Tulisan ini telah dimuat di Majalah Buletin Pustakawan,  Edisi 3/September – Desember 2008
 
A.  Belajar Dari Sejarah
            Sejarah telah membuktikan bahwa narkoba dapat menjelma menjadi “senjata pemusnah massal”. Peradaban sebuah bangsa dapat dihancurkan dengan meracuni generasi mudanya dengan narkoba. Sejarah perang candu di Cina membuktikan bahwa kekuatan sebuah bangsa dapat  ditaklukkan dengan tipu daya narkoba. Pasukan kolonialis Inggris sukses menaklukkan negeri Cina setelah mampu membuat bangsa Cina ketagihan candu.
            Sejak awal abad ke -19, para  pedagang Inggris secara gelap melakukan perdagangan candu ke Cina dan mendapatkan untung besar. Cinalah yang menanggung akibat-akibat buruk yang timbul dari perdagangan ini. Karena itu, Cina melakukan gerakan anti candu. 

Related Posts:

PerpuSeru Untuk Rakyat !


                                             Oleh : Romi Febriyanto Saputro*
                                    Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 24 April 2012
Tanggal 23 April 2012,  masyarakat dunia dari berbagai negara memperingati Hari Buku Sedunia sebagai bentuk penghormatan terhadap manfaat buku. Buku yang berisi aneka informasi dan pengetahuan sesungguhnya merupakan alat untuk memberdayakan masyarakat.
            Pemberdayaan masyarakat berbasis buku merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Buku adalah inventasi masa depan yang bersifat non-material yang berguna untuk mewujudkan masyarakat yang melek informasi. Buku sesungguhnya merupakan software atau perangkat lunak untuk memberdayakan masyarakat. Perangkat lunak yang selama ini terlupakan dalam program pemberdayaan masyarakat

Related Posts:

Perpustakaan Bukan Tong Sampah!


-->
                                       Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 23 Mei 2012
                                           Oleh : Romi Febriyanto Saputro
Awal bulan April yang lalu, Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen menerima email dari Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) yang berisi ajakan untuk mendukung protes atas pelecehan beberapa pihak terhadap perpustakaan. Surat protes yang bertajuk “Perpustakaan Bukan Tong Sampah!” ini merupakan reaksi atas berita di Harian Suara Merdeka, 18 Maret 2012, yang berjudul “Guru Pemukul Siswa Dibebastugaskan Mengajar”.

Related Posts:

Menggugat Kompetensi PNS!


-->

*Oleh Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 12 Mei 2012



Birokrasi kembali mendapat sorotan negatif dari publik. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) merilis, pada 2012 terdapat 291 kabupaten/kota yang memproyeksikan belanja pegawainya lebih dari 50 persen. Di antara 291 daerah itu, terdapat 11 daerah yang memiliki belanja pegawai lebih dari 70 persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Di Indonesia, saat ini terdapat 398 kabupaten dan 93 kota. Sisa anggaran untuk belanja program kegiatan hanya 9 persen sampai 14 persen. Tentu saja kepentingan masyarakat luas yang kembali dikorbankan. Hal ini diperparah dengan rendahnya kompetensi PNS. Kompetensi PNS yang rendah menyebabkan birokrasi terjebak kegiatan rutin dan tidak mengutamakan kegiatan pembangunan yang berpihak kepada rakyat.

Related Posts:

Ketika Pornografi Melanda Indonesia


-->

Oleh: Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Harian Suara Merdeka, 29 November 2003
TINDAK pornografi di Indonesia makin menyedihkan. Selain hasil riset kantor berita AP yang menempatkan Indonesia sebagai sorga pornografi nomor dua setelah Rusia, pornografi sudah menyatu menjadi perilaku masyarakat. Penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum Universitas Islam Indonesia menyebutkan sekitar 15 persen dari 202 responden remaja berumur 15 - 25 tahun sudah melakukan hubungan seks, karena terpengaruh oleh tayangan pornografi melalui internet, VCD, TV dan bacaan pornografi. Dari penelitian tersebut juga terungkap 93,5 persen remaja telah menyaksikan VCD porno dengan alasan sekadar ingin tahu 69,6 persen dan alasan lain hanya 18,9 persen.

Related Posts:

RSBI dan Perpustakaannya !


--> -->
Oleh : Romi Febriyanto Saputro      
 Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 6 Desember 2011
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau disingkat RSBI, adalah suatu program pendidikan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Ketika program ini digulirkan, banyak sekolah berlomba-lomba untuk beralih “label” menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI). Mereka pun berbenah diri untuk mendapat pengakuan sebagai sekolah bertaraf internasional. Pembenahan yang dilakukan meliputi infrastruktur pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia (guru dan staf sekolah). 

Related Posts:

Bebaskan Pendidikan dari Belenggu Buku Paket


-->
Oleh Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Harian Kompas, 11 Oktober 2004
Komite Sanksi Bank Dunia telah mengeluarkan daftar hitam berisi nama 10 individu dan 26 perusahaan yang dianggap telah melakukan praktik curang dan korupsi dalam pelaksanaan Proyek Pengembangan Buku dan Bacaan (Book and Reading Development Project/BRDP) di Indonesia senilai 53.232.000 dollar AS, yang didanai Bank Dunia. Dengan dimasukkan dalam daftar hitam, perusahaan-perusahaan itu tidak berhak lagi menerima kontrak baru yang didanai oleh Bank Dunia selama periode yang ditetapkan, yakni 2-15 tahun. Selain itu, Bank Dunia juga meminta Pemerintah RI mengembalikan 10 juta dollar AS dari pinjaman proyek yang dinilai terindikasi kecurangan atau dikorupsi itu (Kompas, 30 September 2004).
Terlepas dari kebenaran berita di atas, proyek pengadaan buku paket memang rawan terhadap ancaman praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebab, pengadaan buku paket menyangkut dana yang sangat besar jumlahnya dengan tingkat kesulitan yang relatif rendah. Dalam hal ini, pihak penerbit hanya membuat beberapa judul buku, kemudian menggandakan ribuan kali sesuai pesanan. Virus KKN memang ibarat (maaf) bau kentut yang menyengat, tetapi tidak dapat dilihat wujudnya.




Related Posts:

Belajar Lagi Bahasa Jawa Kromo Inggil


-->
Oleh : Romi Febriyanto Saputro, S.IP
Artikel ini telah dimuat di Kompas Jateng, 30 Januari2006

            Sejak tanggal 14 Desember 2005, Pemerintah Kabupaten Sragen memberikan himbauan kepada seluruh karyawan di instansi pemerintah, termasuk para pelajar di sekolahan untuk menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari, setiap hari Rabu-. Himbauan ini merupakan hasil kesepakatan Kepala Daerah  se-SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,Wonogiri, Sragen, dan Klaten). Hal ini bertujuan untukmenghayati dan melestarikan bahasa daerah (bahasa Jawa Kromo Inggil)  yang saat ini semakin terdesak olehbudaya global.
            Globalisasi yang begitu diagungkan telah menyebabkan masyarakat kita kehilangan akar budaya dan sejarah. Budaya asing dengan segala bentuknya telah memarginalisasi budaya nasional maupun budaya lokal. Dominasi produk asing  tiga F, food (makanan), fashion (pakaian), dan fun (hiburan) dalam kehidupan sehari-hari begitu kentara.

Related Posts:

Memadukan Wisata Joglosemar


-->

Oleh Romi Febriyanto Saputro*
Artikel ini telah dimuat di Harian Joglosemar, 3 April 2012
                                                    
Dalam rangka menyongsong Visit Jawa Tengah 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah terus melakukan upaya secara simultan agar Provinsi Jawa Tengah benar-benar siap untuk menyambut tahun kunjungan wisata tersebut. Beberapa hal yang disiapkan antara lain dengan pembenahan berbagai sarana dan penyiapan masyarakat dalam menyongsong tahun tersebut.
Untuk membangun kepariwisataan tentunya tidak dapat dilakukan secara terpisah dan menyendiri. Kebersamaan dan persatuan antara pengelola obyek di banyak tempat tentunya dapat mendorong promosi bersama yang akan mendatangkan hasil yang lebih baik (www.jatengprov.go.id)

Related Posts:

Ibu, Buku, dan Perpustakaan !


-->

*Oleh Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Harian Bhirawa Surabaya, 5 Maret 2012


Ibu adalah jendela dunia ilmu yang pertama bagi anak-anaknya. Bahkan ketika anak masih ada dalam kandungan. Ketika lahir ke dunia, seorang anak akan berada dalam dekapan dan pelukan ibu. Tanpa harus bersekolah S-3 pun, seorang ibu dengan naluri yang diberikan Tuhan mampu berkomunikasi dengan bayi yang dilahirkannya. Anak-anak bisa minum, makan, berbicara, dan berjalan karena buah didikan ibu.
Ibu dan anak adalah dua manusia yang dilahirkan pada waktu yang berbeda dan akan hidup pada zaman yang berbeda pula. Untuk itulah, seorang ibu mesti mempersiapkan sang  buah hati untuk menjadi manusia sukses pada zamannya.  Mampu berenang di pusaran masa depan dan keluar sebagai sang pemenang.

Related Posts:

Trias Politika Jadi Trias Kleptomania


--> -->
Oleh Romi Febriyanto Saputro*
Artikel ini telah dimuat di Harian Solo Pos, 8 Desember 2011
Trias Politika merupakan ajaran ketatanegaraan yang membagi dan memisahkan kekuasaan negara menjadi tiga, yaitu kekuasaan membuat undang-undang (legislatif), kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang (eksekutif), dan kekuasaan untuk mengadili para pelanggar undang-undang (yudikatif).
Teori ini pertama kali  dilontarkan oleh Montesque (1689 – 1755) seorang ahli filsafat politik Perancis dalam bukunya yang sangat terkenal “De’l esprit des lois” yang kurang lebih berarti Jiwa Perundang-undangan yang terbit pada tahun 1748. Buku ini terbit sebagai reaksi atas kekuasaan para raja yang bersifat totaliter pada masa itu. Buku ini pulalah yang dikemudian hari menjadi inspirasi terjadinya Revolusi Perancis untuk menggulingkan pemerintahan tirani yang dilambangkan dalam  bentuk penjara Bastile.

Related Posts: