Bebaskan Pendidikan dari Belenggu Buku Paket


-->
Oleh Romi Febriyanto Saputro
Artikel ini telah dimuat di Harian Kompas, 11 Oktober 2004
Komite Sanksi Bank Dunia telah mengeluarkan daftar hitam berisi nama 10 individu dan 26 perusahaan yang dianggap telah melakukan praktik curang dan korupsi dalam pelaksanaan Proyek Pengembangan Buku dan Bacaan (Book and Reading Development Project/BRDP) di Indonesia senilai 53.232.000 dollar AS, yang didanai Bank Dunia. Dengan dimasukkan dalam daftar hitam, perusahaan-perusahaan itu tidak berhak lagi menerima kontrak baru yang didanai oleh Bank Dunia selama periode yang ditetapkan, yakni 2-15 tahun. Selain itu, Bank Dunia juga meminta Pemerintah RI mengembalikan 10 juta dollar AS dari pinjaman proyek yang dinilai terindikasi kecurangan atau dikorupsi itu (Kompas, 30 September 2004).
Terlepas dari kebenaran berita di atas, proyek pengadaan buku paket memang rawan terhadap ancaman praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebab, pengadaan buku paket menyangkut dana yang sangat besar jumlahnya dengan tingkat kesulitan yang relatif rendah. Dalam hal ini, pihak penerbit hanya membuat beberapa judul buku, kemudian menggandakan ribuan kali sesuai pesanan. Virus KKN memang ibarat (maaf) bau kentut yang menyengat, tetapi tidak dapat dilihat wujudnya.




Related Posts:

Belajar Lagi Bahasa Jawa Kromo Inggil


-->
Oleh : Romi Febriyanto Saputro, S.IP
Artikel ini telah dimuat di Kompas Jateng, 30 Januari2006

            Sejak tanggal 14 Desember 2005, Pemerintah Kabupaten Sragen memberikan himbauan kepada seluruh karyawan di instansi pemerintah, termasuk para pelajar di sekolahan untuk menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil yang baik dan benar dalam komunikasi sehari-hari, setiap hari Rabu-. Himbauan ini merupakan hasil kesepakatan Kepala Daerah  se-SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar,Wonogiri, Sragen, dan Klaten). Hal ini bertujuan untukmenghayati dan melestarikan bahasa daerah (bahasa Jawa Kromo Inggil)  yang saat ini semakin terdesak olehbudaya global.
            Globalisasi yang begitu diagungkan telah menyebabkan masyarakat kita kehilangan akar budaya dan sejarah. Budaya asing dengan segala bentuknya telah memarginalisasi budaya nasional maupun budaya lokal. Dominasi produk asing  tiga F, food (makanan), fashion (pakaian), dan fun (hiburan) dalam kehidupan sehari-hari begitu kentara.

Related Posts: