Memberdayakan Umat Dengan Perpustakaan Masjid
Artikel ini telah dimuat di Majalah Media Pustaka, Edisi I/ Januari - Juni 2013
Oleh : Romi Febriyanto Saputro*
Ketika Rasulullah Saw.
berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun
masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma. Pada
zaman Rasulullah SAW masjid memiliki multifungsi, antara lain sebagai sarana
pendidikan, komunikasi dan pusat informasi. Bahkan, dalam perkembangan
selanjutnya, masjid berfungsi untuk mengontrol kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut dilakukan dengan pendirian menara
sehingga dari bangunan yang tinggi ini dapur-dapur rumah yang tidak pernah
mengeluarkan asap dapat terlihat. Karena itu, tingginya menara itu bukan
dimaksudkan untuk gagah-gagahan tetapi salah satu langkah untuk memberdayakan
ekonomi umat berbasis masjid. Jadi, masjid merupakan
sarana untuk memberdayakan umat dan masyarakat pada umumnya.
Agar masjid dapat
berfungsi optimal untuk memberdayakan masyarakat, maka perlu dilengkapi dengan
perpustakaan masjid. Menurut Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia (2008), jumlah masjid di
Indonesia berjumlah 700.000 yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Dari jumlah tersebut, berdasarkan Data Nomor Pokok
Perpustakaan (NPP) tahun 2008 yang tercatat di Perpustakaan Nasional,
baru sekitar 5 % atau sekitar 35.000 yang memiliki perpustakaan, dengan
jumlah terbesar di Pulau Jawa dan Sumatera.
Hal ini tentu menjadi sebuah ironi tatkala kita
membandingkan dengan sejarah emas ilmu
pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah. Islam mencapai puncak kemajuan ilmu pengetahuan pada masa kedaulatan
Abbasiyah yang berlangsung selama 508 tahun. Pencapaian itu tidak terlepas dari
gerakan penerjemahan besar-besaran yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745
M-775 M) hingga Harun Al-Rasyid (786 M-809 M). Kemudian dilanjutkan oleh
putranya Al-Ma’mun (813 M-833 M).
Tidak tanggung-tanggung, Khalifah Harun
Al-Rasyid membangun Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan sekaligus sebagai
perpustakaan. Kala itu, perpustakaan lebih berfungsi sebagai universitas,
karena selain mengkoleksi kitab-kitab, di sana juga bisa membaca, menulis, dan
berdiskusi. Berbagai bidang ilmu pengetahuan pun dikuasai umat Islam, baik
astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika, hingga
sejarah.
Sehingga tidak mengherankan, kalau pada masa-masa
itulah lahir banyak ilmuwan muslim kaliber dunia. Seperti Jabir bin Hayyan atau
Geber (721 M-815 M) ahli ilmu kimia, Al-Khawarizmi (780 M-846 M) ahli ilmu
matematika, Al-Kindi (806 M-873 M) filsuf, dan Ibnu Sina (980 M-1043 M) atau
Avicenna, yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran Modern.
Sejarah mencatat, pada abad
ke-10 M, perpustakaan Baitul Hikmah di Kairo mempunyai 2.000.000 judul buku. Perpustakaan di Cordova mempunyai
600.000 jilid buku. Perpustakaan Al-Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku
dalam 40 kamar, yang setiap kamarnya berisi 18.000 judul buku. Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros
(Iran Selatan) memiliki 360 kamar yang penuh dengan buku-buku.
Para sahabat Rosulullah Saw adalah
orang-orang yang terkenal memiliki minat baca yang cukup tinggi. Di dalam
hadits yang shahih, Rasulullah menyuruh Abdullah bin ‘Umar, supaya
mengkhatamkan Al Quran sekali dalam seminggu. Begitulah para sahabat seperti
Utsman, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud dan ‘Ubaiyy bin Ka’ab, telah menjadi
wiridnya untuk mengkhatamkan Al Quran pada tiap-tiap hari Jumat. Disamping itu,
ada juga di antara sahabat yang membaca Al Quran sampai khatam dalam sebulan,
untuk memperdalam penyelidikannya mengenai maksud yang terkandung di dalamnya.
Membaca merupakan tradisi peradaban
Islam. Perpustakaan masjid merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan minat
baca umat Islam dan masyarakat disekitarnya. Untuk mewujudkan hal ini harus ada
perubahan paradigma para pengurus masjid. Masjid bukan sekedar tempat untuk
shalat dan pengajian saja. Keberadaaan masjid sesungguhnya adalah untuk
memberdayakan umat dengan membaca. Setelah jamaah memakmurkan masjid sudah
saatnya masjid memakmurkan jamaahnya pula.
Pengurus masjid dapat menggunakan dana
kas masjid untuk membeli buku sebagai koleksi dasar perpustakaan masjid. Saat
ini, ada beberapa masjid yang memiliki kas cukup besar namun ironisnya hanya
menjadi dana beku saja. Mengapa ? Karena selama ini dana kas masjid baru
sebatas dipahami untuk mempercantik masjid saja. Bahkan ada masjid yang sudah
cukup bagus namun dirobohkan lagi oleh pengurus masjid, untuk kemudian dibangun
lagi masjid yang lebih cantik.
Perpustakaan masjid sesungguhnya
merupakan salah satu bentuk dari amal jariyah yang pahalanya tidak akan
terputus meskipun kematian menjemput kita. Ilmu yang bermanfaat sekaligus harta
yang bermanfaat bagi umat jika para pengurus membelanjakan dana infak umat
untuk pengadaan koleksi perpustakaan masjid. Dana kas masjid adalah milik umat
bukan milik pengurus masjid, sudah sewajarnya dimanfaatkan untuk kepentingan
pemberdayaan umat.
Untuk mengelola perpustakaan masjid,
pengurus masjid dapat melibatkan para remaja yang tergabung dalam Remaja Islam
Masjid (RISMA) maupun Karang Taruna. Ini sekaligus sebagai upaya pemberdayaan
remaja agar semakin dekat dengan dunia baca sekaligus menjauhi dunia maksiat
yang sangat intensif menggoda remaja. Remaja dalam hal ini berfungsi sebagai
pengelola sekaligus pengguna perpustakaan.
Sementara itu, santri TPA/TPQ (Taman
Pendidikan Al Quran) dapat melakukan rekreasi jiwa dengan membaca koleksi buku
perpustakaan masjid. Sehingga pemahaman santri terhadap ilmu agama dan ilmu
lainnya lebih meningkat. Membaca buku di perpustakaan masjid merupakan salah
satu bentuk pengayaan dari materi pengajian yang diberikan dalam kegiatan
belajar di TPA.
Yakinlah, bahwa membaca akan membawa
kebaikan dunia dan akhirat bagi kita semua ! “ Bacalah dengan nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantara kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya “. (Al Quran Surat
Al Alaq Ayat 1 – 5).
*Romi Febriyanto Saputro, S.IP adalah Kasi Binalitbang Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen
0 Response to "Memberdayakan Umat Dengan Perpustakaan Masjid"
Posting Komentar