Membangun Pagar Bangsa Bersama Universitas Terbuka
*Oleh Romi Febriyanto Saputro
Tahun 2015 ini Universitas Terbuka (UT) telah berusia tiga puluh satu tahun. Tanggal
4 September 2015 Universitas
Terbuka (UT) memperingati Dies Natalis ke 31 dan bertekad
untuk membangun pagar bangsa. Universitas
Terbuka (UT) adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang diresmikan
pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun
1984.
Pendidikan adalah pagar bangsa yang
sangat penting. Seperti tertulis dalam
situs resmi nya, dengan mengadopsi perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi terkini UT terus memperluas akses pendidikan tinggi untuk semua
hingga dapat melayani daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T) maupun masyarakat
Indonesia di luar negeri. Melalui akses pendidikan yang mudah dan terjangkau,
UT berharap dapat menjadi medium untuk membangun dan memperkuat pagar bangsa
dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
Pengalaman unik
Pengalaman unik
Dalam perjalanan hidup saya Universitas
Terbuka mempunyai arti tersendiri yang tak mungkin untuk dilupakan. Semua bermula pada tahun 1998 ketika saya
diterima sebagai CPNS di Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Ketika ujian
CPNS Tahun 1997 saya masih berstatus mahasiswa program diploma Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Iseng-iseng saja ketika itu mendaftar lowongan
CPNS Pemda Sragen. Alhamdulillah saya diterima.
Sehari-hari saya bekerja di perpustakaan ini |
Bulan Agustus 1998 ketika resmi bekerja
di Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen saya langsung memutuskan untuk kuliah
di Universitas Terbuka (UPBJJ UT Surakarta) mengambil jurusan S-1 Administrasi Negara. Saat itu biaya masih sangat
murah hanya Rp 6.000/SKS jauh di bawah biaya yang harus dikeluarkan kalau
kuliah di “Universitas Tertutup”.
Tahun
2003 saya mengikuti Wisuda di Kampus UT Pusat di Pondok Cabe bersama
rombongan dari UPBJJ Surakarta. Tahun 2004 berbekal ijazah UT saya mengikuti
Ujian Penyesuaian Ijazah untuk syarat kenaikan pangkat PNS dari II/c (Pengatur) ke III/a (Penata Muda ). Tahun
2005 saya resmi memperoleh kenaikan pangkat menjadi Penata Muda (III/a). Kenaikan
pangkat pilihan yang kedua setelah kenaikan pangkat dari II/a (Pengatur Muda)
ke II/c (Pengatur) berbekal ijazah Diploma III dari Universitas Gadjah Mada.
Bulan Februari 2009 saya dikejutkan
dengan sebuah pengumuman di Solo Pos. Pengumuman ini berisi lowongan Tutor
untuk Program Studi D-2 Ilmu Perpustakaan
Universitas Terbuka yang diselenggarakan oleh UPBJJ UT Surakarta. Mengapa ? Karena saya tidak mengira Ilmu
Perpustakaan memiliki banyak peminat. Singkat
cerita saya melamar lowongan Tutor ini sebagai praktisi perpustakaan yang telah
bekerja selama 11 tahun di Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Alhamdulillah saya dinyatakan diterima menjadi
Tutor D-2 Ilmu Perpustakaan UT dan berlanjut ketika UT membuka program S-1 Ilmu
Perpustakaan pada tahun 2013.
Setelah lulus dari UT, saya mulai tertarik menekuni dunia menulis. Kenikmatan
membaca buku di perpustakaan memberikan inspirasi bagiku untuk memulai merajut
kata dan mengikat makna melalui sebuah tulisan. Keprihatinanku terhadap dunia
perpustakaan kutuangkan dalam sebuah tulisan. Tuhan Maha Besar, tak perlu
menunggu lama, tulisan ketigaku yang berjudul “Perpustakaan, Antara Obsesi dan
Realitias” untuk pertama kali dimuat di Harian Solo Pos, 16 September 2003.
Kompas, 14 September 2014 |
Setelah itu, Tuhan masih berbaik
hati dengan mengijinkan goresan tanganku untuk tetap numpang lewat di media
cetak. Bahkan ketika tulisanku dimuat di Kompas, aku tidak mengetahuinya. Karena
ketika aku mencari di rubrik opini tidak
ketemu. Ternyata tulisanku yang berjudul “Membangun Perpustakaan Model
Puskemas” berada di rubrik didaktika tanggal 14 September 2004. Baru tahu
dimuat ketika Pak Pos datang mengirimkan wesel
dari Kompas.
Tahun
2005, melalui internet yang ada di perpustakaan aku membuka website
Perpustakaan Nasional RI. Dalam website ini, ada pengumuman Lomba Penulisan
Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia. Dengan penuh semangat aku mengikuti
lomba ini. Literatur yang ada di perpustakaan betul-betul kumanfaatkan untuk
menulis naskah lomba karya ilmiah ini.
Ketika waktu pengumuman tiba, aku
terkejut ketika karya tulisku yang berjudul “Refleksi 25 Tahun Perpustakaan Nasional
RI : Menuju Total Quality Service”
tertulis sebagai juara ketiga dengan nominal hadiah empat juta rupiah.
Suatu karunia Tuhan yang sungguh tidak disangka-sangka karena lomba ini
merupakan lomba menulis pertamaku.
Tahun 2007, untuk lomba yang sama
panitia mengganjar naskah lombaku dengan Juara Harapan 1. Setahun kemudian,
naskah lombaku yang berjudul “Revolusi Layanan Perpustakaan Nasional RI
Berbasis Teknologi Informasi” ditetapkan Perpustakaan Nasional RI sebagai Juara
I Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008.
Teman-teman dari D-2 Ilmu Perpustakaan UT Pokjar Gondang Sragen |
Pengalaman sebagai Tutor D-2 dan S-1
Ilmu Perpustakaan UT sungguh menyenangkan karena menambah jaringan pertemanan yang
sangat berguna untuk membangun budaya baca di Kabupaten Sragen. Rasa senang inilah
yang mendorong saya untuk kembali menempuh kuliah di S-1 Ilmu Perpustakaan UT
pada tahun 2015 ini sekaligus untuk merasakan “suka dan duka” menjadi mahasiswa UT lagi. Selain itu juga menemani teman-teman sekantor yang melanjutkan kuliah di UT. Sebuah
perjalanan yang unik, dari mahasiswa UT menjadi Tutor UT dan kembali menjadi
mahasiswa UT.
Adakah sisi dukanya ? Tentu ada ! Sampai
hari saya masih merasa galau melihat mantan anak didik saya ini yang telah
mengabdi dengan hati yang tulus membantu program pemerintah mengelola
perpustakaan sekolah namun belum memperoleh penghargaan yang layak dari
pemerintah. Saya berharap UT peduli untuk mengangkat isu ini di tingkat
nasional agar memperoleh perhatian dari Presiden Jokowi dan Pak Anies
Baswendan. Bahwa negeri ini masih butuh pustakawan di perpustakaan sekolah.
Revitalisasi
Universitas
Terbuka adalah perguruan tinggi yang memiliki
keunikan tersendiri dibanding perguruan tinggi lainnya. Pertama,
bersifat terbuka. Terbuka terhadap
segala macam persyaratan yang biasa ada di universitas “tertutup”. Tidak ada pembatasan usia untuk menempuh
pendidikan di Universitas Terbuka (UT). Siapa pun bisa belajar di UT sepanjang
memiliki ijazah SMA sederajad. UT merupakan aplikasi langsung dari “pendidikan
untuk semua” membuka pintu yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia
untuk terus belajar sepanjang hayat.
Kembali menjadi mahasiswa UT |
Kedua,
bersifat jarak jauh. Untuk mewujudkan ide terbuka, pembelajaran di UT bersifat
jarak jauh. Istilah
jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan
menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet,
siaran radio dan televisi). Dengan demikian, pendidikan jarak jauh didasarkan pada
dasar pemikiran bahwa murid adalah pusat proses pembelajaran, bertanggung jawab
terhadap pembelajaran mereka sendiri, dan berusaha sendiri di tempat mereka
sendiri.
Perlu
diketahui bahwa UT adalah satu-satunya perguruan tinggi yang diberi ijin oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh dengan mendirikan UPBJJ
UT (Unit Program Belajar Jarak Jauh) UT di setiap daerah. Jika sampai
hari ini masih ditemui perguruan tinggi selain UT yang membuka “cabang” di
daerah, sesungguhnya ini adalah praktik illegal.
Ketiga, bersifat mandiri. Pembelajaran
mandiri merupakan konsekuensi logis dari sistem pembelajaran jarak jauh yang
diterapkan di UT. Mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri. Cara
belajar mandiri menghendaki mahasiswa belajar atas inisiatif sendiri. Hal ini dapat
dilakukan secara sendiri maupun berkelompok.
Data mahasiswa UT berdasarkan umur Tahun 2015 |
UT
menyediakan bahan ajar yang dibuat khusus untuk dapat di pelajari secara
mandiri. Selain menggunakan bahan ajar yang disediakan oleh UT, mahasiswa juga
dapat berinisiatif memanfaatkan perpustakaan, internet, dan media pembelajaran
lainnya.
Belajar
mandiri sangat ditentukan oleh kecepatan membaca dan kemampuan memahami isi
bacaan. Mahasiswa UT dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi
belajar yang kuat. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan
efisien, sehingga dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal belajar yang
ditentukan sendiri.
Ulang Tahun UT yang ke 31 ini harus
dimaknai sebagai spirit untuk terus melakukan revitalisasi. Sesuai dengan Renstra UT 2010 – 2021, arah revitalisasi adalah menjadi institusi PTTJJ(Perguruan Tinggi
Terbuka Jarak Jauh) berkualitas dunia
dalam menghasilkan produk pendidikan tinggi dan dalam penyelenggaraan,
pengembangan, dan penyebaran informasi PTTJJ.
Data mahasiswa UT berdasarkan Fakultas & Program Tahun 2015 |
Untuk mewujudkan ini, UT memiliki modal yang cukup besar.
Pada masa registrasi 2015 mahasiswa aktif
UT mencapai 406.027. Jumlah
mahasiswa UT ini merupakan yang terbesar di tanah air. Angka tersebut, termasuk di antara 2518 warga Indonesia yang tersebar di 26
negara. Dari jumlah itu, 92,12 persen adalah mahasiswa yang telah bekerja.
Dan 7,88 persen belum bekerja. Sedangkan usia mereka yang kurang dari 25 tahun sebesar 22,51 persen, dan usai diatas 25 tahun sebanyak 77,49
persen. Data ini menunjukkan bahwa kaum muda mulai berminat untuk menjadi
mahasiswa UT.
Mahasiswa
UT terbanyak memang berasal dari pendidikan keguruan yakni 71,83 persen,
sedangkan non keguruan yang terdiri dari fakultas FISIP, MIPA, FEKON dan Pasca
Sarjana sebanyak 28,17 persen. Menjadi
tantangan tersendiri bagi UT untuk mengubah komposisi ini. Merias fakultas non
keguruan agar sama menariknya dengan fakultas keguruan.
Tantangan
terbesar UT saat ini adalah meningkatkan angka kelulusan mahasiswa. Teman-teman mahasiswa UT, terutama yang
non-tutorial, banyak yang mengatakan bahwa kuliah
di UT itu mudah masuknya, tetapi susah untuk keluar. Mencari nilai B di UT
memerlukan perjuangan yang tidak ringan. Rekan-rekan yang dulu kuliah bersama
saya di UT, banyak yang memutuskan pindah ke perguruan tinggi lain yang relatif
mudah untuk menggapai predikat lulus. Karena sudah berkali-kali mengulang mata
kuliah yang sama namun tetap mendapat nilai E. Ini sekaligus membuktikan bahwa kurs nilai di UT lebih tinggi daripada perguruan tinggi lain.
Data pekerjaan mahasiswa UT Tahun 2015 |
Modul
pembelajaran di UT yang menjadi rujukan utama belajar mahasiswa perlu ditulis
ulang dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh mahasiswa. Saat ini cukup
banyak modul yang ditulis dengan bahasa yang kurang komunikatif, susah dipahami,
dan sukar dimengerti.
Selain
itu, ada modul UT yang sudah berusia uzur karena terlalu lama dicetak
berulang-ulang. Isi dan isu yang diangkat didalamnya sudah ketinggalan zaman.
Memang cukup banyak para penulis modul
yang cukup berkompeten, namun tidak
banyak yang bisa membuat tulisan yang mudah dicerna otak mahasiswa. Modul untuk mahasiswa harus
dibedakan dengan gaya penulisan skripsi maupun tesis yang bersifat kaku dan
eksklusif.
Model
belajar mandiri untuk mahasiswa UT perlu didukung dengan keberadaan
perpustakaan UT yang didirikan di setiap
UPBJJ UT (di daerah). Perpustakaan UPBJJ UT ini sangat diperlukan untuk
mendongkrak budaya membaca mahasiswa UT. Kebiasaan membaca yang sangat tumpul
akan menghambat prestasi belajar di UT. Hal ini berbeda dengan mahasiswa
perguruan tinggi lain. Meskipun tumpul minat baca, tetapi tetap bisa lulus
karena ada tatap muka dengan sang dosen.
Perpustakaan Kecamatan Gondang dikelola oleh Alumnus S-1 Ilmu Perpustakaan UT |
Untuk
mewujudkan Perpustakaan UPBJJ UT, UT bisa bekerjasama dengan perpustakaan umum kabupaten/kota yang
representatif. UT bisa menitipkan koleksi bahan pustakanya di perpustakaan umum
kabupaten/kota yang ditunjuk. Koleksi perpustakaan UT adalah buku-buku yang
bersifat melengkapi buku modul dan memperkaya wacana keilmuan mahasiswa.
Foto Bersama Mahasiswa S-1 Ilmu Perpustakaan UT Pokjar Sambirejo |
“Tulisan
ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari Universitas Terbuka dalam rangka
memperingati HUT Universitas Terbuka ke-31. Tulisan adalah karya saya sendiri
dan bukan jiplakan.”
0 Response to "Membangun Pagar Bangsa Bersama Universitas Terbuka"
Posting Komentar